Jumat, 07 Desember 2018

Dampak Dari Indivisualisme Di Amerika & Perbedaannya Dengan Indonesia


Ketika orang memikirkan tentang kebudayaan orang Amerika, gambaran tentang coca-cola, hod dogs, dan baseball akan terlintas di pikiran mereka. Bagaimana pun sesungguhnya ada sisi yang lebih dalam dari kebudayaan orang Amerika selain Hollywood dan Disney World.

Individualisme merupakan inti dari kebudayaan orang Amerika dan nilai utama Amerika. Individualisme telah mempengaruhi lingkup masyarakat, ekonomi, politik dan kebudayaan. Hal ini telah sangat jauh mengubah dan membentuk karakteristik dari  Negara Amerika itu sendiri. Di era globalisasi, sangat penting untuk kita berinteraksi dengan berbagai kebudayaan dengan tipe karakteristik yang berbeda-beda. Dengan mengenal individualisme di Amerika kita bisa mengambil poin-poin penting untuk kemajuan Negara kita sendiri.


Nilai Penting Dari Individualisme di Amerika
Budaya Individualis di Amerika kebanyakan berpatokan kepada tujuan individual mereka. Itu merupakan pandangan bahwa setiap orang memiliki signifikasi moral dan hak yang entah diberikan oleh Tuhan atau sudah ada dari lahir pada diri manusia tersebut. Setiap individu hidup, mengamati, merasakan, berpikir, dan melakukan dalam dan melalui tubuhnya sendiri dan karna itu membentuk titik unik di dalam ruang dan waktu. (Younkins, 1998) mereka percaya bahwa hidup setiap individu milik mereka masing-masing dan mereka mempunyai hak yang tidak dapat di cabut untuk menjalani hidup sesuai apa yang mereka lihat cocok, untuk bertindak sesuai dengan pertimbangan mereka, untuk tetap dan menggunakan produk dari usaha mereka, dan untuk meninjau nilai-nilai atas pilihan mereka sendiri. Hal ini sangat ideal untuk para pendiri Negara Amerika menegakkan dan mencari untuk menetapkan ketika mereka menyusun deklarasi dan konstitusi untuk menciptakan Negara yang dimana hak individu untuk hidup, kebebasan, memiliki dan menuju kebahagiaan akan diakui dan dilindungi. (Biddle, n.d)

Berikut adalah beberapa karakteristik umum dari kebudayaan individualisme:
Ø  Hak individu merupakan pandangan utama
Ø  Kemerdekaan sangat di hargai
Ø  Bergantung pada orang lain biasanya dipandang memalukan atau buruk
Ø  Orang-orang cenderung mandiri
Ø  Hak individu cenderung mengambil hak yang lebih tinggi
Ø  Orang-orang sering menempatkan tekanan yang lebih besar untuk menegakkan diri dan menjadi seseorang yang unik
Kebebasan adalah kunci utama dalam individualisme di Amerika. Kebebasan untuk berpendapat di muka umum, untuk menjalankan hidup sesuai apa yang mereka inginkan, menilai dan mengkaji lingkungan mereka hidup, membangun perusahaan di luar ikatan pemerintahan, bahkan untuk menjadi seorang presiden. Hal ini mendorong perkembangan Negara Amerika menjadi Negara yang maju. Tidak adanya hambatan untuk berkembang inilah yang perlu kita petik dari Negara Paman Sam ini.


Perbandingan Dengan Kebudayaan Di Indonesia
Indonesia memiliki kecenderungan menganut budaya gotong-royong (kolektivisme). Ini merupakan identitas Negara Indonesia. Kolektivisme sudah mendarah daging di dalam bangsa Indonesia. Salah satu bagian dari kolektivitas ini adalah musyawarah, di mana semua pendapat orang-orang di pertimbangkan. Dari musyawarah ini akan di dapatkan sebuah hasil yang akan di tetapkan pada sebuah instansi yang melakukan musyawarah tersebut.
Berbanding terbalik dengan Negara Amerika yang ber-fondasikan kebebasan individu, Negara Indonesia dapat berdiri tegak hingga hari ini dengan adanya musyawarah. Indonesia dapat merdeka karena adanya musyawarah antara golongan tua (Sukarno, Hatta) dengan golongan muda untuk menetapkan tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Musyawarah sudah mendarah daging di Negara ini.
Memang tidak ada konstitusi yang sempurna. Kedua kebudayaan ini masih ada sedikit kekurangan dan kelebihan atas masing-masing Negara. Ada baiknya kita sebagai Bangsa Indonesia untuk memetik poin-poin positif dari Negara lain seperti Amerika untuk mengembangkan Negara tercinta kita yaitu Indonesia. Jangan juga kita menghilangkan budaya gotong-royong yang telah membantu mempertahankan Negara kita sejak jaman penjajahan. Kita harus lebih selektif untuk menerima budaya dari Negara lain agar Negara kita bisa menjadi Negara maju.








Daftar Pustaka
Younkins.E. (1998, Jan). Individualism and Freedom: Vital Pillars of True Communities.
Rudenstam.O. (2012, Oct). Individualism vs. collectivism.
https://smallplanetstudio.com/individualism-and-collectivism-personal-examples/


Kamis, 06 Desember 2018

Kekayaan Adat dan Budaya Minangkabau


Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak pulau, banyak kondisi sosio-kultural, terletak di geografis yang berbeda yang begitu luas. Ada 13.000 pulau yang berada di Indonesia. Pulau yang banyak tersebut dihuni oleh 200 juta lebih manusia, mulai dari Sabang sampai Meroke, terbentang garis khatulistiwa. Manusia yang menempati pulau itu memiliki banyak kebudayaan dan adat masing daerah.


Di Indonesia terdapat puluhan etnis yang memiliki budaya masing-masing misalnya, di Pulau Sumatera: Aceh, Batak, Minang, Melayu (Deli, Riau, Jambi, Palembang, Bengkulu, dan sebagainya), Lampung; di Pulau Jawa: Sunda, Badui (masyarakat tradisional yang mengisolasi diri dari dunia luar di Provinsi Banten), Jawa dan Madura; Bali; Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur: Sasak, Mangarai, Sumbawa, Flores, dan sebagainya; Kalimantan: Dayak, Melayu, Banjar; Sulawesi: Bugis, Makassar, Toraja, Gorontalo, Minahasa, Manado; Maluku: Ambon, Ternate; Papua: Dani, Asmat.

Bangsa Indonesia yang penduduknya terdiri dari berbagai etnis dan budaya merupakan suatu kebanggaan tersendiri oleh masyarakatnya. Banyaknya budaya tersebut menjadikan Indonesia terkenal dengan kebudayaan tersebut, sehingga terdapat aspek menarik untuk di kunjungi maupun diteliti lebih dalam. Dengan beragam manusia dan budaya tersebut, maka Indonesia mempunyai dasar Negara Indonesia Pancasila, dan lambing Negara Indonesia burung garuda yang mempunyai tulisan “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya, walaupun berbeda tetap satu.

Di beberapa daerah di Indonesia banyak adat yang mengajarkan tentang pendidikan multikultural, dari berbagai adat dan kebudayaan yang multikultur, akan menjadikan budaya yang melambangkan pendidikan multikultural, sehingga dengan hal multikultur, daerah tersebut bisa menerima budaya yang sifatnya positif dan baik. Salah satu kebudayaan yang membangun budaya Indonesia adalah kebudayaan Minangkabau, daerah yang pada umumnya berada pada provinsi Sumatera Barat.


Minangkabau adalah bagian daerah yang berada di Sumatera Barat yang mempunyai keberagaman budaya yang membentuk manusia multikutural yang dinamis. Hal ini bisa jadi kajian terhadap nilai-nilai yang membuat masyarakat majemuk menjadi hidup berdampingan dengan baik dan harmonis.



Perkembangan Penduduk

Adat Minangkabau berisikan berbagai konsep yang telah menyatu dengan baik, sehingga semua kalangan bisa menerimanya dengan kebangaan. Semua itu terlihat dengan cara mereka menanamkan konsep tersebut dalam generasi selanjutnya. Hal ini dilakukan masyarakat agar bisa terpelihara segala bentuk adat yang baik di antara mereka. Salah satu konsep yang mereka pahami adalah di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung, artinya mereka akan beradaptasi dengan cepat dengan tempat yang mereka datangi. Hal ini mendorong perkembangan Minangkabau dengan pesat.

Dilain Pihak ada yang bisa berubah sesuai dengan kemajuan zaman. Hal ini adalah bagian dari adatt dengan istilah, “sakali aie gadang, sakli tapian barubah”, (sekali air besar, sekali tepian berubah). Bagian ini terjadi pada adat masing-masing nagari yang berkaitan dengan adat istiadat dan adat nan teradat. Adat ini masing-masing daerah mempunyai perbedaan yang hamper sama dan tidak mungkin sama. Semua itu tergantung teknis dari pelaksanaan tata cara adat tersebut.

Faktor Demografi 

Ada istilah yang di gadang-gadangkan masyarakat minang yaitu, Rantau. Rantau adalah sebuah kondisi di mana seorang pemuda minang melakukan perjalanan ke sebuah daerah di luar Pulau Sumatera. Pemuda tersebut di dorong untuk berkembang di tanah tetangga. Berawal merantau menggunakan kapal, sekarang ini sudah banyak metode lain yang dapat di gunakan untuk melakukan rantau. Hal ini mempercepat penyebaran pemuda minang di sekitar Pulau Sumatera. Pemuda minang tersebut akan kembali ke tanah kelahirannya ketika ia sudah mencapai sebuah milestone (pencapaian). Biasanya pemuda minang akan kembali ke Sumatera setelah mencapai sebuah kesuksesan, entah itu membuka rumah makan di kota, atau pun mendapatkan pekerjaan tetap di sebuah perusahaan.


Biasanya pemuda perantau pulang ke tanah kelahirannya membawa tidak hanya harta benda, melainkan budaya baru juga, budaya yang ia dapat dari tempat ia merantau. Penggabungan kultur inilah yang menjadi salah satu faktor pesatnya perkembangan penduduk Minangkabau.

Tidak semua pemuda minang yang merantau kembali ke tanah minang. Sebagian besar pemuda tersebut menetap di daerah rantauan mereka. Hal ini merupakan salah satu penyebab penyebaran masyarakat minang di Nusantara. Orang Minangkabau ini banyak menyebar di seluruh Indonesia bahkan sampai ke manca-negara. Mereka ini berbagai macam profesi dan keahlian, antara lain sebagai politisi, penulis, ulama, pengajar, jurnalis, dan pedagang. Majalah Tempo dalam edisi khusus tahun 2000 mencatat bahwa 6 dari 10 tokoh penting Indonesia di abad ke-20 merupakan orang Minangkabau. Di akhir abad ke-16, ulama Minangkabau Dato Ri Banding, Dato Ri Patimang, dan Dato Ri Tiro, menyebarkan Islam di Indonesiia timur dan mengislamkan kerajaan Gowa.



Kebudayaan & Kepribadaian

Di Minangkabau ada mamak dan ada kemanakan, artinya ada paman dan ada keponakan. Mamak dalam adat itu adalah pemimpin sekaligus guru, sedangkan kemanakan adalah yang di pimpin. Antara pemimpin dan yang dipimpin harus ada hubungan yang harmonis dan saling menjaga hubungan itu dengan baik dengan cara memberikan nilai-nilai
adat tersebut terhadap yang dipimpinnya. Dalam adat Minangkabau terkenal dengan pepatah yang berbunyi, “kemanakan, barajo ka mamak, mamak barajo ka panghulu, panghulu, baraho kamufakat, mufakat barajo ka nan bana, nan bana badiri sandirinyo”, (paman beraja ke paman, paman beraja ke pemungka adat, pemuka adat beraja kemufakat, mufakat beraja ke yang benar, yang benar berdiri sendiri). Artinya segala sesuatu harus diselesaikan dengan mengambil keputusan secara musyawarah menuju mufakat, akan tetapi harus berdasarkan kebenaran. Kebenaran ini diambil dari sisi pemikiran, serta adat dan dilengkapi dengan sempurna oleh kitabullah (Kitab Allah).


Para kemenakan adalah warga dan para penghulu sekaligus pemimpin, mereka semua adalah manusia-manusia yang bebas dan merdeka, kata mufakat melalui proses musyawarah dengan “baio-batido-beria-bertidak”, (beriyak bertindak) yang mengutamakan kepentingan bersama di atas yang lainnya. Prinsip yang dituntut di sini adalah prinsip demokrasi atas dasar “duduk sama rendah, tegak sama tinggi”. (duduk sama rendah, berdiri sama tinggi) di antara sesame dalam menyelesaikan semua persoalan, dengan semangat dan musyawarah: “ tiada kusut yang tidak terselesaikan dan tiada keruh yang terjernihkan”, (tidak ada kusut yang tidak bisa di selesaikan, dan tidak ada yang keruh tidak jernih). Proses musyawarah berjalan menurut jalur “alur nan patut”, (Alur yang pantas) dengan tujuan “bulat air di pembuluh, bulat kata di mufakat”, (bulat air di polongan, bulat kata di mufakat).

Jika dilihat dari segi demokrasi Minangkabau mengandung demokrasi egaliter dengan “duduk sama rendah tegak sama tinggi” ini diperkuat lagi dengan sifat-sifat hubungan yang terbuka, kompetitif, kooperatif dan resiprokal dengan prinsip: “lamak di awak katuju di urang” (disukai oleh kedua belah pihak; win-win cooperation). Prinsip yang sama adalah menerima perbedaan pendapat dan mengakomodasi konflik. Semua itu diungkapkan oleh adagium-adagium adat dalam bentuk pantun, pepatah dan peribahasa.

Adat dan kebudayaan Minangkabau juga menerima prinsip-prinsip pembaruan dengan otoritas change and stability. Akan tetapi ada hal yang tidak bisa di rubah dalam adat Minangkabau yaitu masalah agama, suku dan harta pusaka. Ini tertuang dalam pepatah adat yang berbunyi, “indak lakang dek paneh, indak lapuak ek hujan”, (tidak hancur oleh panas, tidak rusak oleh hujan). Ini adalah bagian adat yang sebenarnya adat.

Di tinjau dari segi agama, adat Minangkabau terbagi atas dua yaitu; yaitu adat yang bersifat jahiliyah dan adat yang bersifat Islamiyah. Adat yang bersifat jahiliyah dan adat yang bersifat jahiliyah terjadi ketika agama Islam belum masuk, karena masih banyak penyimpangan terjadi, sedangkan adat Islamiyah, yaitu adat yang telah sesuai dengan ajaran agama Islam dan berlandasan pad agama Islam. Hal ini ditandai dengan perubahan yang terjadi pada adat tersebut. Adat telah melakukan apa perintah dan larangan agama. Sehingga adat tersebut dikenal dengan pepatah Minangkabau, “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”.


Kepribadian Minangkabau merupakan salah satu contoh kekayaan Indonesia akan adat dan budaya. Semua adat dan kebudayaan yang di capai masyarakat Minangkabau bagian dari jati diri Bangsa Indonesia. Di situlah kita sebagai masyarakat Indonesia harus ingat, walau beragam, kita ini satu, Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika.



Daftar Pustaka

Bary Khairul, S.PdI, (2014), PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM ADAT MINANGKABAU MENURUT PEMANGKU ADAT DI SUMATERA BARAT, Yogyakarta.